DI ERA serba digital seperti sekarang, anak-anak semakin akrab dengan gawai dan platform digital seperti YouTube, TikTok, dan layanan streaming lainnya. Meski ada sisi positifnya, kenyataannya banyak konten yang tersedia justru membawa dampak buruk bagi perkembangan anak.
Sayangnya, di balik kemudahan akses informasi dan hiburan, terdapat ancaman serius yang sering diabaikan, yaitu pengaruh negatif terhadap pola pikir anak. Kebebasan akses tanpa kontrol yang ketat menjadikan platform digital sebagai pedang bermata dua, bisa mencerdaskan, tetapi juga bisa merusak.
Banyak konten di platform digital menampilkan gaya hidup instan, kekerasan, dan perilaku yang tidak pantas dibungkus dalam tayangan “menghibur”. Anak-anak yang belum mampu berpikir kritis cenderung menelan mentah-mentah apa yang mereka lihat. Akibatnya, nilai-nilai yang seharusnya dibangun sejak dini seperti empati, kerja keras, dan kesopanan, itu tergeser oleh tayangan penuh sensasi dan kepalsuan.
Lebih buruk lagi, algoritma platform digital dirancang untuk membuat pengguna terus menonton, tanpa memperhatikan apakah kontennya sehat bagi perkembangan anak. Anak-anak menjadi lebih konsumtif, mudah terpengaruh tren, dan mulai mengukur harga diri mereka dari jumlah “likes” atau pengikut. Ini berbahaya karena secara perlahan membentuk pola pikir dangkal dan penuh tekanan sosial.
Banyak konten di platform digital yang tidak sesuai dengan usia anak. Mulai dari kekerasan, ujaran kebencian, hingga seksualisasi yang terselip dalam animasi atau video pendek. Akibatnya, anak bisa dengan mudah terpapar konten yang berbahaya secara psikologis maupun moral.
Platform digital sering kali menampilkan gaya hidup konsumtif dan nilai-nilai yang dangkal. Anak-anak mudah terpengaruh oleh tren yang viral, mulai dari produk yang harus dimiliki hingga cara berpikir yang instan. Ini tentu membentuk pola pikir yang kurang kritis dan tidak sehat untuk masa depan mereka.
Peran orang tua dan pendidik sangatlah penting untuk membimbing anak memilah tontonan. Tidak semua yang viral layak ditonton. Jika kita lengah, maka generasi muda kita akan tumbuh dengan pola pikir yang dibentuk oleh layar, bukan oleh nilai-nilai kehidupan yang nyata.
Orang tua atau pendidik perlu lebih waspada. Kontrol dan pendampingan menjadi kunci utama. Jangan sampai kita menyerahkan pendidikan karakter anak sepenuhnya kepada algoritma platform digital. Anak-anak adalah generasi penerus. Mereka butuh arahan, bukan hanya hiburan semata.
OLEH: Chalid M.