Opini  

Waspada Konten Digital untuk Anak, Bahaya Tersembunyi di Balik Layar

Ilustrasi anak sedang menonton dengan menggunakan perangkat digital.--dok Gemini Generated Image--

DERASNYA arus teknologi, kehidupan anak-anak kita kini tak bisa dilepaskan dari perangkat digital. Sejak usia balita, mereka sudah akrab dengan tablet, ponsel, dan televisi. Banyak orang tua yang merasa tenang ketika anak terlihat “anteng” menatap layar, bermain gim atau menonton video. Namun, di balik kenyamanan tersebut, tersembunyi berbagai risiko yang bisa membahayakan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, psikologis, maupun moral.

Konten Tak Pantas Berkedok Konten Anak

Salah satu bahaya terbesar adalah konten tidak pantas yang menyamar sebagai konten anak. Fenomena ini sempat menjadi sorotan global lewat kasus “Elsagate”, di mana video YouTube dengan karakter kartun terkenal seperti Elsa dari Frozen atau Spiderman ternyata mengandung adegan kekerasan, seksual, hingga tema-tema mengganggu. Yang mengejutkan, video-video ini lolos dari sistem penyaringan otomatis dan bisa muncul sebagai rekomendasi di akun anak-anak.

Konten semacam ini tak selalu eksplisit, tetapi seringkali menyelipkan pesan-pesan negatif yang tidak disadari oleh anak. Mereka bisa menyerap nilai-nilai yang salah sejak dini, tanpa orang tua mengetahuinya.

BACA JUGA:  APBD Serta Public Value

Bahaya Algoritma dan Platform Sosial

Platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram didesain untuk membuat pengguna terus menatap layar. Algoritma yang diprogram untuk mengejar engagement (keterlibatan) sering kali tidak mempertimbangkan usia atau keamanan pengguna. Akibatnya, anak-anak bisa dengan mudah terseret ke konten yang berisi tantangan berbahaya (seperti “Blackout Challenge” yang sempat viral dan menyebabkan kematian beberapa anak), ujaran kebencian, atau berita palsu.

Kecanduan Layar dan Dampak Psikologis

Menurut data dari American Academy of Pediatrics, anak-anak yang menghabiskan lebih dari dua jam per hari di depan layar mengalami peningkatan risiko masalah kesehatan mental seperti gangguan tidur, kecemasan, hingga depresi. Selain itu, paparan layar yang berlebihan juga mengganggu kemampuan fokus dan perkembangan kemampuan sosial mereka.

BACA JUGA:  Tontonan Digital dan Ancaman Terhadap Pola Pikir Anak

Ironisnya, justru di saat orang tua terlalu sibuk, layar dijadikan sebagai “pengasuh digital” yang tanpa disadari dapat merusak masa depan anak.

Iklan Terselubung dan Eksploitasi Anak

Banyak aplikasi dan gim yang ditujukan untuk anak justru dipenuhi iklan yang bersifat manipulatif. Anak-anak belum mampu membedakan antara konten dan iklan, sehingga mereka lebih mudah terpengaruh untuk membeli sesuatu atau bahkan klik tautan berbahaya.

Lebih parah lagi, ada konten yang secara terang-terangan mengeksploitasi anak demi monetisasi. Sejumlah kanal YouTube anak diketahui menayangkan aktivitas harian yang didramatisasi demi keuntungan, tanpa memperhatikan hak dan perlindungan psikologis anak tersebut.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua dan Masyarakat?

Pertama: Dampingi anak saat menggunakan perangkat digital. Jangan biarkan mereka menjelajah internet sendirian, meski hanya menonton kartun. Kedua: Gunakan platform dan aplikasi yang memiliki kontrol orang tua (parental control). Ketiga: Ajarkan literasi digital sejak dini. Anak-anak perlu tahu bahwa tidak semua yang ada di internet bisa dipercaya atau ditiru. Keempat: Batasi waktu layar sesuai usia anak, dan prioritaskan aktivitas fisik serta interaksi sosial di dunia nyata. Kelima: Laporkan konten berbahaya yang ditemukan di platform digital. Masyarakat juga punya peran penting untuk menciptakan lingkungan digital yang sehat.

BACA JUGA:  Rusaknya Moral di Tengah Bebasnya Media Sosial dan Meningkatnya Perselingkuhan

Penutup: Teknologi Harus Diiringi Kesadaran

Teknologi memang tak bisa dihindari, ia adalah bagian dari kehidupan modern. Namun, ketika menyangkut anak-anak, kita harus jauh lebih waspada. Mereka adalah generasi masa depan yang masih rapuh dan mudah dibentuk. Jangan biarkan mereka dibesarkan oleh algoritma tanpa kendali. Sudah saatnya kita lebih aktif, lebih peduli, dan lebih cerdas dalam mengawal anak-anak kita di dunia digital.

OLEH: Chalid M.