News  

Hadiri Ritual Massossor Manurung, Gubernur Sulbar Tegaskan Pentingnya Pelestarian Budaya Mamuju

Ritual Massossor Manurung

“Saya percaya, tidak ada pemimpin yang bisa sukses sendiri. Semua butuh kerja sama, kolaborasi, dan semangat yang sama untuk membangun kesejahteraan. Visi kita jelas: Sulbar maju dan rakyatnya sejahtera. Itu hanya bisa tercapai jika kita berjalan beriringan,” ucap Suhardi Duka.

Sementara itu, Maradika Mamuju, Bau Akram Dai, menjelaskan bahwa ritual Sossor Manurung telah diwariskan turun-temurun sejak tahun 1.500 Masehi. Ia menyebut ritual ini berasal dari masa pemerintahan Raja Lasalaga, sosok yang diyakini memiliki kembaran bernama Maradika Tammakana-kana, atau “Raja yang Tak Bisa Berbicara”, yang kemudian disebut pusaka Manurung.

“Pusaka Manurung telah menjadi simbol kekuatan, kepemimpinan, dan keadilan di Tanah Mamuju sejak tahun 1500 Masehi. Sehingga pada saat sekarang ini anak cucunya dan lembaga adat sering melaksanakan sossor manurung (satu kali dalam dua tahun pada tahun ganjil),” tutur Bau Akram Dai.

BACA JUGA:  Kolaborasi DPD RI dan Diskes Sulbar Sukses Gelar Aksi Donor Darah

Ia juga menjelaskan filosofi lokal yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Mamuju hingga kini, yaitu ‘Sema manginung uai randanna to Mamuju, maka ia to Mamuju’ yang berarti siapa pun yang minum air di Tanah Mamuju adalah bagian dari Mamuju dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kedamaian serta membangun daerah ini.

“Kami dari Lembaga Adat Kerajaan Mamuju siap bergandengan tangan dengan pemerintah provinsi dan kabupaten untuk menjaga nilai budaya dan kearifan lokal. Di bawah kepemimpinan Bapak Gubernur, kami akan terus mendukung pembangunan Sulbar yang maju dan sejahtera,” tandasnya.

BACA JUGA:  Ruang Fiskal Menyempit, Murdanil: Efisiensi Tidak Hentikan Bantu dan Layani Masyarakat

Senada dengan itu, Bupati Mamuju, Sutinah Suhardi, turut menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Sulbar atas perhatiannya dalam mendukung pelestarian budaya dan kearifan lokal di Mamuju.

“Saya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Gubernur yang selama ini telah banyak memberikan dukungan atas upaya pelestarian budaya dan tradisi Kerajaan Mamuju yang menjadi identitas kita,” kata Sutinah.

Ia berharap momen Massossor Manurung menjadi ajang memperkuat solidaritas sosial dan kebanggaan terhadap budaya daerah.

BACA JUGA:  BPBD Sulbar Uji Coba Pengelolaan Air Layak Minum di Kendaraan Water Treatment

“Melalui momentum ini, mari jadikan tradisi adat sebagai perekat sosial, penguat identitas, dan landasan moral dalam membangun Mamuju yang lebih keren, maju, berbudaya, dan berkarakter,” tambahnya.

Bupati Sutinah menegaskan, Pemerintah Kabupaten Mamuju berkomitmen untuk terus bersinergi dengan lembaga adat dan seluruh lapisan masyarakat dalam menjaga warisan leluhur.

“Kemajuan suatu daerah tidak hanya diukur dari pembangunan fisik, tapi juga dari sejauh mana masyarakatnya mampu mempertahankan nilai-nilai luhur budaya dan kearifan lokal. Itulah warisan yang tidak ternilai harganya,” pungkasnya. (Rls)