ekspossulbar.com, PASANGKAYU — Gempa yang mengguncang Kabupaten Donggal Sulteng, dengan kekuatan 7,7 skala richter (SR), turut dirasakan oleh warga Pasangkayu. Getaran gempa yang mengguncang kabupaten paling utara Sulbar itu terasa cukup dahsyat.
Gempa yang terjadi secara mengejutkan sekira pukul 18.00 wita Jumat 28 September ini, membuat warga pasangkayu seolah diguncang oleh ombak besar. Sontak kejadian itu membuat warga panik dan histeris. Warga kemudian berlarian dari dalam rumah mereka menuju ruas jalan depan rumah masing-masing.
Guncangan gempa terjadi cukup lama, sekira dua menit lebih. Wajah warga Pasangkayu kala itu nampak tegang dan pucat. Tidak menyangka kejadian sehebat itu akan menimpa.
Setelah mendengar info gempa itu berpotensi tsunami, tanpa pikir panjang lagi, dengan mengambil perlengkapan seadanya didalam rumah, warga berlarian menuju ketempat dataran yang lebih tinggi. Ada yang menggunakan roda dua, ada pula secara rombongan menggunakan roda empat.
Suasana jalan-jalan kota Pasangkayu kala itu dipenuhi kendaraan roda dua maupun roda empat yang berseliweran kesana-kemari. Kepanikan massal terjadi. Ditambah listirik PLN yang padam, serta jaringan komunikasi seluler yang buruk.
Beberapa dataran tinggi menjadi titik pengungsian warga malam itu, yakni rujab bupati Pasangkayu, areal RSUD Pasangkayu, wilayah perbukitan di Desa Ako, areal kantor BPN Pasangkayu, dan areal kantor Kemenag Pasangkayu. Dalam sekejap kota Pasangkayu sekan menjadi kota mati dan mencekam. Hanya terlihat satu dua orang warga yang masih bertahan di halam rumah mereka masing-masing.
Dirujab bupati Pasangkayu pengungsi membludak, mereka menggelar tikar dihalaman rumah maupun teras rujab. Ada yang berzikir, ada pula berkumpul dan bercakap-cakap dengan sanak keluarga mereka. Demikian juga terlihat dititik pengungsi lainnya. Di RSUD Pasangkayu kepanikan pasienbdan perawat juga terjadi. Semua pasien nampkan diungsikan keluar ruangan.
“Selama saya berada di Pasangkayu, barusan gempa se dahsyat ini saya rasakan. Kami was-was apa lagi berpotensi tsunami” ujar salah seorang warga Pasangkayu, Ridwan J.
Warga memilih menginap ditempat pengungsian, dipicu masih seringnya terjadi gempa susulan dengan skala sedang. Usai shalat shubuh Sabtu 29 September, sebagian warga nampak memilih kembali kerumah mereka masing-masing, mesti masih disertai perasaan awas akan adanya gempa susulan.
Hingga saat ini diketahui tidak ada korban jiwa dalam peristiwa gempa tersebut, namun kerugian materiil ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Beberapa bangunan warga rubuh dan retak. Belum lagi beberapa barang pecah belah yang ada didalamnya yang hancur lebur. Listrik PLN hingga Sabtu 29 September juga masih padam.
Gempa di Donggal Sulteng ini sendiri diketahui membuat kota Palu Sulteng dan sekitarnya dilanda tsunami dengan ketinggian sekira 3,5 meter. Korban jiwa hingga saat ini belum diketahui pasti.
Diketahui pusat gempa berada dikedalaman 10 km, dengan posisi arah 37 km timur laut Donggala. BMKG mengemumkan peringatan dini tsunami setelah gempa 7,7 skala richter itu terjadi. Peringatan tsunami dicabut pada sekira pukul 18.40 wita. (has)