Pasangkayu,EKSPOSSULBAR.CO.ID- Sudah beberapa pekan terakhir petani sawit di Pasangkayu terpaksa gigit jari. Kehilangan semangat dan dilanda keputusasaan.
Sebabnya, harga tandan buah sawit (TBS) kini terjun bebas. Tidak sampai disitu, banyak TBS petani membusuk dipohon, karena adanya pembatasan pembelian TBS dari pengepul.
Salah seorang petani sawit di Pasangkayu Andri menyampaikan, harga TBS saat ini ditingkat pengepul hanya mencapai Rp. 600, padahal dahulu sempat menyentuh angka Rp. 3.000, sebelum adaanya kebijakan pelarangan ekspor crude palm oil (CPO).
” Padahal presiden sudah mencabut larangan ekspor CPO dan turunannya. Tapi saat ini harga sawit malah semakin menurun. Kasian kami petani sawit, TBS kami sekarang tidak laku lagi” keluh Andri, Senin 27 Juni.
Anggota DPRD Pasangkayu, Lubis, saat dikonfirmasi mengenai persoalan yang dihadapi petani sawit, menyampaikan bahwa pihaknya baru-baru ini telah melakukan pertemuan langsung dengan perwakilan Kementrian Perdagangan (Kemendag) di Jakarta, membahas mengenai polemik harga TBS.
Kata dia, telah ada kesepakatan bersama antara Kemendag, Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), dan para perwakilan pemilik pabrik kelapa sawit (PKS), bahwa standar harga TBS minimal Rp.1.600. Olehnya harus menjadi acuan para pemilik PKS sekarang.
” Tegas sanksinya kalau tidak mengikuti kesepakatan itu, pabriknya bakal ditutup. Tapi memang pada tataran dilapangan mungkin pihak perusahan tidak bisa memberlakukannya secara serta merta. Mungkin mereka memiliki beberapa pertimbangan internal tersendiri” jelasnya.(*/)