Menurut Dedi, perdebatan tersebut muncul dari keprihatinan terhadap kondisi anak-anak muda yang kerap terjerumus dalam kesulitan sosial dan ekonomi.
“Banyak anak-anak yang akhirnya menyulitkan diri sendiri, bahkan orang tuanya, karena memaksakan keinginan tanpa memahami kondisi,” ungkapnya.
Perdebatan antara Dedi Mulyadi dan Aura Cinta bermula saat Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggusur bangunan liar yang berdiri di bantaran kali, termasuk rumah yang dihuni oleh Aura dan keluarganya.
Pemerintah menyebut bahwa bangunan-bangunan tersebut menyebabkan pencemaran sungai dan berdiri di atas tanah milik negara.
Perseteruan kemudian berlanjut setelah Aura menyuarakan keberatannya terhadap keputusan pemerintah yang menghapus acara perpisahan sekolah, yang dinilainya sebagai bentuk pemangkasan hak siswa untuk merayakan momen penting dalam pendidikan. (*)








